Akhir bulan Juli 2015, PT. Pertamina memberikan kado kepada masyarakat dengan meluncurkan produk bahan bakar baru bernama Pertalite yang mempunyai kadar oktan 90. Hanya saja Pertalite baru tersedia di wilayah tertentu seperti Jabodetabek, Bandung & Surabaya sambil menunggu animo masyarakat. Jika permintaan meningkat, sudah pasti Pertamina akan memperluas jangkauan pemasarannya. Pertalite diposisikan sebagai pengisi celah antara BBM Pertamax yang oktannya 92 dengan Premium yang oktannya 88.
Klaimnya Pertalite ini mempunyai kualitas lebih baik dari Premium, selain dari nilai oktannya juga dari emisi gas buang yang dihasilkan & mempunyai aditif tambahan yang membuat mesin lebih responsif, lebih irit & cocok untuk mesin2 masa kini. Penasaran dengan Pertalite, saya pun mencoba untuk mencicipinya. Kali ini diujicobakan pada Honda Vario 125. Sebelum diisi Pertalite, tangki sengaja saya tiriskan hingga lampu indikator bensin berkedip dengan tujuan agar tidak kecampur dengan BBM Shell Super yang biasa saya isi (walau kecampur juga tapi kan gak banyak hehehe…). Pagi hari weekend ngisi Pertalite sebanyak 4 liter di SPBU Pertamina COCO Jakarta Selatan. Kalo Pertamax identik dengan warna biru, Pertamax Plus warna merah, Premium warna kuning, maka Pertalite warna putih.
Selama 3 hari saya mencoba Pertalite baik berkendara sendirian, boncengan, jalanan lancar hingga macet. Kesan pertama putaran bawah tarikan mesin ngacir, lebih nendang dibandingkan Premium (saya bandingkan dengan Premium karena si Vario pernah minum Premium) namun masih kalah dibandingkan dengan Shell ato Pertamax. Selanjutnya untuk akselerasi putaran menengah hingga atas, motor terasa biasa saja, sama kayak kalo minum Premium. Pun begitu di jalanan kosong untuk mencapai kecepatan 80 km/h, jarum speedometer lambat bergerak. Lagi2 serasa minum Premium juga.
Dari uji coba tersebut, bisa saya tarik kesimpulan bahwa Pertalite kurang optimal diterapkan di Honda Vario 125 apalagi perbandingan kompresi mesin terbilang tinggi yakni mencapai 11:1. Berbicara mengenai BBM apa yang cocok di tunggangan mas bro & sis sekalian maka qta kudu memperhatikan nilai perbandingan kompresi mesin masing2 kendaraan.Hal ini bisa dilihat di buku manual pemilik kendaraan bermotor. Menurut mbah gugel & beberapa referensi yang saya baca :
- Perbandingan kompresi < 9:1 menggunakan BBM beroktan 88
- Perbandingan kompresi 9:1 – 10:1 menggunakan BBM beroktan 90
- Perbandingan kompresi 10:1 – 11:1 menggunakan BBM beroktan 92
- Perbandingan kompresi > 11:1 menggunakan BBM beroktan > 92
Jadi wajar kalo si Honda Vario 125 pake Pertalite tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Hasilnya juga akan sama kalo saya isi di Yamaha Vixion dimana rasio kompresinya juga tinggi di atas 10:1. Nah…penggunaan Pertalite akan lebih cocok/optimal untuk rasio kompresi antara 9:1 – 10:1. Lebih mantep lagi kalo mo pake oktan 92 dengan konsekuensi Rupiah yang dikeluarkan lebih banyak 🙂
berapa KPL cak, ketoke yo ra bedo adoh karo prenginum po yo?
Meh mirip karo premium cak…
kesimpulane, ngefeke ra sepiro dibanding premium, ya kan #hailPremium
Ho…oh