Hari ini tgl 22 Juni 2010 adalah hari ultah kota Jakarta yang ke-483. Kota Batavia yang dulunya hanya berjumlah penduduk sekitar 1 juta jiwa, sekarang ini sudah mencapai 9 juta. Jumlah tersebut belum termasuk 4 juta jiwa yang datang dari Bodetabek menyerbu ke ibukota di hari kerja. Tak pelak ibukota negara ini makin lama makin banyak persoalannya. Mulai dari masalah penduduk, banjir hingga persoalan transportasi.
Tak ada yang istimewa di-ultah kota Jakarta yang hampir mencapai 5 abad ini. Yang istimewa adalah macetnya itu. Saking istimewanya sampe2 sebuah media luar negeri menyarankan kalo ingin melatih kesabaran pergilah ke Jakarta. Bis Transjakarta yang diharapkan sebagai moda transportasi masal tak kunjung membaik pelayanannya. Ruas koridor IX & X gak jelas nasibnya akibatnya halte busway yang sudah terlanjur dibangun banyak yang rusak. Duit rakyat terbuang percuma. Mirip dengan tiang2 monorail yang merusak wajah ibukota. Dibiarkan mangkrak entah sampai kapan.
Naiknya populasi kendaraan bermotor di Jakarta juga menimbulkan masalah polusi. Kebijakan yang mewajibkan setiap kendaraan untuk ikut uji emisi sepertinya hilang ditelan bumi tak berbekas. Program Pemda DKI yang ingin “membirukan” langit Jakarta hanyalah sebuah program muluk2. Asap cumi2 pekat dari Metromini, Kopaja, Bajaj dkk menghiasi wajah jalan protokol. Tak ada upaya Pemerintah untuk mendorong/menyadarkan pentingnya uji emisi kepada masyarakat. Bikinlah sesuatu yang menarik sehingga orang lebih peduli & merawat kendaraannya. Sebenarnya gampang koq misalnya bagi kendaraan yang tidak dilengkapi stiker uji emisi ato tidak dapat menunjukkan bukti buku lulus uji emisi maka akan dikenakan biaya parkir 2 x lipat lebih mahal dibandingkan dengan tarif biasa. Hal ini bisa diterapin di gedung2 perkantoran ato di mall2.
Berbagai wacana aneh Pemda DKI pun muncul di tahun ini. Rencana pembangunan jalan layang Antasari – Blok M & Kampung Melayu – Tanah Abang yang menyedot biaya sekitar Rp2,1 triliun mendingan dialokasikan untuk membenahi angkutan masal yang masih carut marut ini.
Yah itulah sedikit persoalan yang harus ditangani oleh Pemerintah disamping persoalan2 lain seperti banjir, sosial, urbanisasi dsb. Berbagai persoalan kompleks sudah menghampiri kota Jakarta. Apakah ibukota negara perlu dipindahkan ??? hhhmmm…..hal yang sulit & mustahil. Lain cerita kalo hal itu dilakukan 50 tahun yang lalu. Yang jelas Jakarta butuh pemimpin2 yang punya visi & misi yang jelas. Bagaimana tanggapan anda ???
pertamax…
Hadiah bisa diambil di kantor walikota terdekat 🙂
Itu termasuk piala bergilir yang hampir pasti di dapatkan Jakarta…. mantabs.. hiks.hiks.hiks…
Walikotanya perlu di bersihin kumis+jenggotnya….biar JKT rapi…xixiixi

kan pemimpin yg baik yg harus memberi contoh
Gubernur Mas… bukan Walikota…
maap salah nulis..maklum..orang daerah…xixiix
wkwkwkwkwkwk…..LoL
Pindah ke SOLO aj ibukota negaranya, djamin jakarta bakal bbas macet.. Klo banjirny sih ttep aj..
iya tuh solo banyak dapet pujian akhir2 ini sebagai kota yg mampu menata diri menjadi lebih cantik n rapi….. jakarta?????? plis deh.. gubernurnya aja suka narsis majang di billboard2, dikira gratis apa…
Jakarta Ultah ke 484 makin semrawut and kacau..Kpn jd Indah, ga macet and menawan ya..???
Wallahualam…..